Tunjungsari102A

"apalah arti sebuah nama" agaknya gw kurang satuju dengan ungkapan itu. pastinya ada maksud, makna dan pastinya harapan dari si pemberi nama untuk nama yg diajukannya itu. Dan oleh karenanya, izinkan saya,memberi nama blog ini dgn "Tunjungsari 102A" sbg bentuk hormat saya atas apa yg telah "mereka" berikan pada saya. Terima kasih ya ALLAH, Rabb semesta alam, karena "mereka" semua telah memberi warna baru pada hidup ini sekaligus mengenalkan saya dengan apa yg disebut "pertemanan"

Senin, 27 Oktober 2008

Arus Balik 5 Oktober

Subhanalllah,
maha suci ALLAH, Dzat pencipta dan pemelihara seluruh alam,
Dzat yang kelak kan memusnahkan alam ini.

Tatkala ku pulang ke Jakarta pasca mudik,
wow, dengan tertawa sambil menghela napas,
baru kali ini terlihat begitu banyak pengendara motor lalu lalang begitu drasnya.
Tak ada satu jua ruas jalan sepi dengan motor, kecuali ruas tol.
Warung2 pinggiran yang hanya sekedar menawarkan es kelapa atau nasi rames
juga ga' kalah ramainya.
Entah ramai karena memang pengendara motor yang sudah lapar dan haus,
atau ramai oleh mereka yang sekedar menghimpun power lagi setelah di siang yang terik
plus macet mereka harus bawa tunggangan mereka itu.
Herannya lagi,
segitu banyaknya pom bensin, masih banyak pula motor yg ngantre bwt ngisi.
Artinya,
jumlah motor yang lewat kala itu emang diluar dugaan saya selaku orang jakarta yang sering
terlibat macet pula akibat banyak motor d jakarta.

Sepanjang Brebes hinggga Cikampek,
saya selaku penumpang skaligus supir mobil harus banyak mengalah
dengan pengendara motor yang ga' ada habisnya.
Memang suasana menjadi ramai,
saya pun otomatis terhindar dari kantuk krn mata ini harus selalu standby
krn pengendara motor yang ada di kanan, kiri, depan, dan belakang mobil saya.
Cara-cara mereka pulang ke jakarta yang tergolong meriah
pun membuat saya sesekali tertawa.
Bagaimana tidak,
sebuah motor mungil bisa2nya dinaiki 4 orang,
ditambah barang bawaan yang melimpah.
Belum lagi barang2 khas daerah mereka yang seringkali diikat atau dipasang
di motor mereka sebagai simbolisasi mudik mreka.

Seru...!
tapi kemudian ku pun bertanya,
apa yang terjadi sehingga begitu banyak pemudik menggunakan motor?

Memang benar,
dengan naik motor semua kan lebih murah.
Dengan satu motor,
satu keluarga dengan satu ayah, satu ibu, dan satu orang (bahkan terkadang dua orang) anak
bisa brangkat mudik.
Hanya perlu ganti oli 30ribu rupiah,
plus service motor sekitar 25ribu rupiah,
ditambah bensin 3x fulltank yang menghabiskan skitar 50-75ribu rupiah,
naik motor emang lebih irit ketimbang harus naik bus atau kereta
yang saat musim lebaran harganya bisa naik hingga 100% dari harga normal.
Seandainya ada kerusakan di jalan pun,
pengendara motor relatif lebih ringan ketimbang mereka yang bawa mobil pribadi.
Tapi....,
harga yang murah ini pun harus dibayar dengan risiko yang mahal.
Banyak kasus kematian bayi atau balita yang terjadi saat mereka dibawa mudik dengan motor.
Angka kecelakaan motor pun slalu meningkat saat moment2 lebaran, setidaknya dalam dua tahun belakangan.
Banyaknya arus pengendara motor juga sering kali membuat pengendara kendaraan lainnya,
semisal truk, bus atau bahkan mobil pribadi harus jengkel dan kesal hingga kalangkabut
menghadapi arus pengendara motor yang ga' ada habisnya itu.

Apakah benar hanya karena masalah ekonomi masyarakat cenderung memilih naik motor ketimbang angkutan umum lain?
Apakh faktor lain seperti kenyamanan di kendaraan tidak menjadi alasan bagi mereka?

Dari sini saya pun berani berargumen,
Ternyata perkembangan konsumsi masyarakat jakarta utk kendaraan, khususunya motor sudah sebegitu besarnya.
Ditambah lai dengan kemudahan untuk menapatkan sepeda bermesin itu.
Dengan 500ribu rupiah,
seseorang sudah dapat membayar uang muka untuk kredit motor dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Banyaknya produsen serta tipe motor yang ditawarkan juga membuat harga tunggangan itu pun kian murah.
terlebih lagi jika kita melihat kenyataan bahwa,
Jakarta itu isinya hanya macet saja.
Di sisi lain, tuntutan dari atasan untuk dapat datang krja tepat waktu,
serta harga angkutan umum yang juga terus naik, membuat orang untuk memiliki ke kendaraan ini.

Ini semua pastinya sedikit banyak mengubah pola pikir atau pola hidup masyarakat negeri ini,
khususnya mereka yang tinggal di kota besar seperti Jakarta.
Tuntutan yang kian beragam,
semakin banyaknya pesaing yang juga ingin mencari nafkah,
serta ketersediaan barang dan jasa yang minim membuat orang kian kritis dalam masalah ekonomi.
Pertimbangan yang sangat hati2 dalam menggunakan uang
pastilah menjadi alasan utama mengapa arus mudik tahun ini sangat diramaikan oleh pemudik beroda dua.

Seharusnya pemerintah mau sedikit peduli akan hal ini.
Saya yakin bahwa analisis seerhana ini pastinya telah lama dipahami oleh kaum pejabat.
Saat ini dunia informasi dan komunikasi maju dengan sangat pesat.
Pastinya mereka dengan mudah mendapatkan info untuk masalah klasik ini.
Kalaupun mereka tidak pernah membaca koran atau dengar radio atau browsing internet,
intuisi mereka yang juga pernah bepergian pastinya 'kan menstimulus mereka untuk memertanyakan ,
apakah semua rakyat negeri ini mudik dengan lancar dan tenang atau tidak?

Namun,
hal itu sepertinya tidak muncul oleh pejabat negeri ini.
Itulah mengapa seolah tak ada perhatian dari mereka untuk meningkatkan pelayanan mereka terhadap
rakyat negeri ini,
setidaknya saat musim lebaran.

Selanjutnya,
saya pun bertanya-tanya,
Bagaimana dengan layanan yang diterima oleh pengguna jasa angkutan umum?
Adakah perhatian khusus saat mereka hendak mudik?
Atau jangan-jangan hanya ada kenaikan tuslah bagi calon penumpang
yang sengaja dilakukan oleh banyak oknum?

Mengapa saya katakan dilakukan oleh banyak oknum?
Saat KAI menaikkan ongkos perjalanan kereta api,
saat itu pula menteri perhubungan mendengar kasus tersebut.
Ini berarti,
sepanjang jajaran Departemen Perhubungan patut bertangung jawab atas munculnya fenomena ini.
Padahal KAI notabenenya adalah adalah perusahaan negara.
Semua karyawan, serta fasilitas penunjangnya adalah atas pembiyaan negara.
Atau gamblangnya,
atas pembiayaan rakyat.
Namun saat moment lebaran datang,
Hiiiuh...,
masyarakat negeri ini kembali yang dijadikan obyek "pemerasan" kekuasaan.

Jika ku diperkenankan kembali 'tuk berpendapat,
tatkala masyarakat kembali dibebani dengan ongkos angkutan yang lebih mahal,
mereka yang berwenang terlihat dan terdengar kurang maksimal memersiapkan layanan mereka.
Semisal jalanan sepanjang jalur pantura yang sering kali telat dalam pengerjaan dan penyelesaiannya.
Atau saat jumlah armada kendaraan yang tersedia kurang berimbang dengan jumlah pengguna,
atau keadaaan armada kendaraan yang kurang layak,
yang hanya sekedar di cat ulang agar terkesan masih merupakan armada baru.
Belum lagi pungutan-pungutan liar yang acap kali muncul "menodong" supir2 angkutan umum
yang berimbas naiknya pula tuslah angkutan lebaran ataupun angkutan umum.

Kini,
sudah seyogyanya muncul perubahan di banyak sektor, tak terkecuali transportasi.
Masyarakat pun diminta bersabar dan menerima dengan segala kekurangan yang ada.
Dengan tetap bersyukur sambil saling terus mengingatkan satu sama lain,
yakinlah...
semua 'kan menjadi lebih baik.

Apa yang telah terucap di atas bukanlah hanya sindiran bagi mereka yang berwenang,
tapi juga merupakan peringatan bagi kita yang dibawah.
Sudah sepatutnya bagi kita untuk tidak meniru perilaku salah mereka.
Sudah menjadi kewajiban kita pula untuk terus menegur dan mengingatkan mereka,
sambil memberi solusi dan masukan bagi mereka pengambil kebijakan.
Bahkan apa yang telah tertulis masihlah kurang apik,
karena hanya bisa mengkritik, tanpa memberi solusi.

Oleh karenanya,
ku ingin bisa lebih berguna dengan tetap mengingatkan kita selaku pembaca sekaligus pengkritik.
Ku pun mengingatkan bahwa apa yang kita dapati sekarang patutlah kita sukuri,
terlepas itu pahit atau manis.
Kita 'kan menjadi "pandai" saat apa yang kita rasakan sekarang
serasa menjadi sesuatu yang memang layak 'tuk dirasakan dan disukuri.
Kita pun 'kan damai karena tak penah terbebani untuk dengan rakus menjarah seluruh isi bumi ini.
Kita hanya akan senang,
dan senang.

Sampaikan apa yang kau lihat, kau baca, dan atau kau rasakan.
Semua kan menjadi lebih bermanfaat saat Kau mau berbagi.
Karena berbagi itu menyenangkan dan membangun.




-Planc-

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda