Tunjungsari102A

"apalah arti sebuah nama" agaknya gw kurang satuju dengan ungkapan itu. pastinya ada maksud, makna dan pastinya harapan dari si pemberi nama untuk nama yg diajukannya itu. Dan oleh karenanya, izinkan saya,memberi nama blog ini dgn "Tunjungsari 102A" sbg bentuk hormat saya atas apa yg telah "mereka" berikan pada saya. Terima kasih ya ALLAH, Rabb semesta alam, karena "mereka" semua telah memberi warna baru pada hidup ini sekaligus mengenalkan saya dengan apa yg disebut "pertemanan"

Kamis, 20 November 2008

Mana yang lebih penting?

Terlepas dari lemahnya bangsa ini untuk mengontrol emosi dan egonya,
terlepas dari bobroknya moral bangsa ini hingga mereka yang dominan tega menekan mereka yang minor,
Pastinya kita meyakini bahwa tidak sedikit putera/puteri bangsa ini yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

bagaimana tidak,
sebut saja Tim Olimpiade Fisika dan Astronomi Indonesia yang tidak jarang meraih medali emas
dalam ajang adu kepandaian tingkat SMP atau SMA berkala dunia tesebut.
belum lagi mereka yang mendapat title sebagai peserta terbaik atau lainnya di ajang tersebut.

tidak hanya itu,
munculnya ide-ide kreatif dan inovatif juga sering muncul di kalangan masyarakat biasa yang notabenanya bukan seorang pelajar, mahasiswa,
apalagi ilmuwan.
semisal saat harga BBM naik 30% lalu.
ide kreasi untuk mengubah berbagai bahan sekitar menjadi bahan bakar alternatif banyak yang muncul dan terekspose.
ditambah lagi pemikiran untuk mengubah setting kendaraan
dan .... apalah itu namanya
sehingga kendaraan mereka bisa jadi lebih hemat dalam penggunaan bahan bakarnya.

atau contoh lainnya adalah ide cemerlang untuk memanfaatkan lumpur Lapindo di Sidoarjo
sebagai bahan pembuat batu bata.
bukankah itu suatu ide brilliant?
bagaimana mengurangi endapan lumpur yang begitu besar dengan memanfaatkannya di sektor industri.
selain membantu job mereka yang seharusnya bertanggung jawab,
langkah tersebut juga efektif dari sisi ekonomis.
meskipun pada akhirnya upaya tersebut kurang memberi pengaruh
kerana besarnya volume lumpur yang keluar dari sumbernya itu.

dari sinilah berani ku katakan bahwa
mereka yang cerdas tidak hanya muncul di perkotaan saja,
tetapi juga banyak yang berasal dari daerah.
mereka yang mewakili negeri ini pada ajang Olimpiade Fisika dan Astronomi tadi pun seringkali berasal dari puter/puteri daerah.
namun karena kurangnya akses serta informasi yang sampai ke mereka maupun kita yang ada di kota inilah,
banyak dari mereka yang kemudian kurang terlatih sehingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah bibit jenius yang teranggur,
yang kian lama kian usang termakan waktu dan usia.

oke....,
mungkin tidak banyak yang setuju dengan ekspresi saya di atas,
tapi saya yakin dengan Sig. 0.0000.... bahwa apa yang saya utarakan sebelumnya
adalah benar.

tapi,
kiranya bukan itu yang ingin disampaikan di sini.

pertanyaan selanjutnya adalah,
setelah kita tahu dan yakin bahwa banyak putera/puteri bangsa ini yang memiliki kemampuan di atas rata-rata,
akankah mereka sanggup beradaptasi dgn dunia yang kian global dan kemudian membangun bangsa ini?
pada kasus ini kita asumsikan tidak ada program pertukaran pelajar,
ataupun niatan untuk hijrah ke negeri lain.
kita anggap pula bahwa setiap putera/puteri bangsa manapun ingin membangun kejayaan negeri nya masing-masing.

oleh sebab itu,
faktor luar yang mempengaruhi secara signifikan di sini adalah
kemampuan putera/puteri setiap bangsa untuk beradapatasi dengan perkembangan globalisasi
yang dalam hal ini kita wakili dengan kemampuan berbahasa dan penguasaan teknologi.



Bagaimana pun hebatnya seorang manusia mereka tetap butuh yang namanya manusia lain,
baik sebagai kawan, lawan, atau sebagai rival.
mereka hidup dalam suasana sosial,
butuh interaksi satu sama lain,
tercipta suatu lingkungan,
baru akhirnya seorang manusia tadi kan bisa bertahan.

Bukankah ini berarti bahasa sangatlah utama?
Bukankah kemampuan menempatkan diri pada kondisi sosial orang lain sangatlah menentukan?

Belum tentu!

Di zaman sekarang,
saat semuanya mampu "tercipta" lewat teknologi
ada saja sekelompok manusia yang cenderung memilih untuk berdiam di ruang "pengap" tertutup,
tanpa suara dan suasana alam lingkungan,
apalagi interaksi manusia lainnya.
Dan mereka tetap HIDUP.
bahkan acap kali mereka lah AKTOR UTAMA berkembang pesatnya suatu organisasi atau institusi tertentu.

Bukankah cukup beralasan jika dikatakan bahwa kecerdaan verbal-lah yang utama?
Bukankah kecerdasan "otak" lah yang memainkan peran hidup seseorang?

Belum tentu pula!

saya pun belum berani menentukan, setidaknya untuk diri saya sendiri,
manakah yang lebih utama antara
kemampuan bersosialisasi - yang berarti butuh penguasaan berbagai bahasa serta penempatan jiwa sosial seseorang,
ataukah keahlian profesi - yang berarti menguasai perkara suatu bidang menurut peminatan kita.

keduanya dirasa penting.
Namun demikian saya pun yakin pastinya ada yang lebih utama yang kan menjadi pilihan utama saya,
pada akhirnya.
karena sesungguhnya hidup ini hanya berisi pilihan-pilihan saja.

Namun yang pasti,
KEYAKINAN KITA AKAN PILIHAN KITA
itu adalah yang TERBAIK.

sebagaimana apa yang tertulis di salam pembuka di atas,
ALLAH, Dzat Pencipta dan Pemelihara alam
tak pernah dan tak akan pernah memberi yang tidak baik kepada hambanya,
sekalipun iu sedikit kadarnya.

apa yang diberikan-Nya pastilah selalu yang terbaik untuk hamba-Nya.
keburukan yang diterima hamba-Nya tidak lain adalah akibat dari kecerobohan hamba-Nya tersebut.
Oleh karenanya,
YAKINLAH PADA APA PILIHAN ANDA !
kerana dari keyakinan itu Anda akan mempersiapkan seluruh aspek diri Anda tuk mengarah menjadi yang terbaik.

seperti biasa,
baik atau buruk suatu pesan, kata, teguran, ataupun sindiran,
asalkan itu bernilai ilmu dan dapat termanfaatkan,
maka SAMPAIKANLAH !
kerana sesungguhnya berbagi itu menyenangkan dan membangun.


-Planc-

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda